Tentang Kami

Sekolah Kampung
Omah Kayu
Visi
Menjadi sistem pendukung pembelajaran yang memfasilitasi pengelolaan pengetahuan komunitas lokal, antargenerasi, dan antarwilayah untuk meningkatkan kemandirian ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan yang berkelanjutan
Tujuan Umum
Menjadi sarana untuk memberdayakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mengembangkan potensi unggulan di wilayah masing-masing
Letak Geografis dan Profil
Sekolah Kampung omah Kayu berlokasi di Krapyak Wetan Rt.10, Kelurahan Panggung Harjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Daerah ini memiliki luasan wilayah 4,162 Ha yang secara geografis terletak pada pinggiran kota Yogyakarta. Secara topografis Krapyak Wetan adalah dataran rendah yang relatif rata dan padat penduduk. Warga berkerja sebagai petani, buruh harian, pedagang dan karyawan swasta.
Kelompok Sekolah Kampung Omah Kayu dibentuk pada bulan Januari tahun 2021 oleh Terasmitra dengan tujuan dapat memberikan alternatif dan fasilitas belajar untuk anak-anak muda dan penduduk setempat, juga sebagai inisiator jaringan sekolah kampung. Omah Kayu sedang mengembangkan kerja dengan berkolaborasi bersama beberapa wilayah untuk menjalankan Sekolah Kampung secara bersama namun dengan kearifan lokal masing-masing wilayah.
Latar Belakang
GEF SGP Indonesia dalam project phase VI bekerja di empat wilayah, yaitu Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Semau (Nusa Tenggara Timur), Nusa Penida (Bali), dan Gorontalo. Dalam proyek tersebut, GEF SGP Indonesia mendorong strategi keberlanjutan para mitra. Ada pelbagai inisiatif yang dibuat mitra, dari pengembangan produk hasil pertanian maupun hasil hutan bukan kayu (HHBK), hasil perikanan tangkap dan budidaya, membangun kewirausahaan sosial, hingga membangun sistem pengetahuan yang dapat membantu para mitra untuk terus melakukan proses pembelajaran dalam membangun keberlanjutan organisasi atau komunitas.
Salah satu gagasan untuk membangun sistem pengetahuan tersebut adalah dengan inisiatif Sekolah Kampung di beberapa lokasi project phase VI. Tujuan dari pendirian sekolah kampung tersebut untuk membangun literasi masyarakat kampung dalam mengelola potensi kekayaan alam yang ada di lingkungan sekitar sehingga bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan sendiri maupun memiliki nilai tambah bagi ekonomi masyarakat. Sekolah Kampung dikelola oleh komunitas kampung dan bersifat inklusif bagi masyarakat, perempuan, anak muda, penyandang disabilitas, transgender, dan kelompok-kelompok marginal lainnya.
Sekolah Kampung akan menjadi ruang belajar bagi komunitas untuk memahami potensi unik yang ada di lingkungannya masing-masing dan menemukan cara terbaik untuk memberikan manfaat bagi komunitas dan ekologi. Kurikulum belajar di setiap sekolah kampung tidak sama, tergantung pada potensi kekayaan alam yang ada. Misalnya, untuk sekolah kampung di wilayah pedalaman, kurikulum akan berisikan tema-tema pertanian ramah lingkungan, pertanian terintegrasi, peternakan, tanaman pangan lokal, pengolahan hasil pertanian (kripik, tape, gula, tahu, dll). Sementara untuk sekolah kampung di wilayah pesisir, tema-tema dalam kurikulum berkisar, seperti alat tangkap ikan ramah lingkungan, pengetahuan tentang jenis-jenis ikan yang dilindungi, pengolahan ikan menjadi produk-produk makanan (abon, sambal, kripik, kering, asin, asap, dll). Termasuk di dalamnya, berbagai pengetahuan sosial dan budaya, seperti kearifan-kearifan lokal, kebiasaan-kebiasaan orang tua masa lalu, pengetahuan baca bintang, pengenalan tanda-tanda musim, dan lain-lain.
Inisiatif untuk membangun sekolah kampung ini telah dimulai sejak akhir 2020. Selama hampir setahun, telah berdiri lima sekolah kampung, yaitu: Karang Taruna Juriya di Desa Juriya, Gorontalo; Omah Baca (RUBA) Wali di Pulau Binongko, Wakatobi; Kelompok Loka muda di Nusa Penida (Bali), Sikola Kampo Kahianga Mambali di Pulau Tomia, Wakatobi; dan Sekolah Kampung Omah Kayu di Bantul, Yogyakarta.
Kami membutuhkan dukungan untuk mengembangkan inisiatif ini.